Selasa, 02 Juli 2013

tugas etika dan filsafat


NAMA        : FIRMINUS
NIM            : 2012210028
NO HP        : 089694118181
1.      Memimpin Dengan Efektif

Setiap pemimpin sudah tentu ingin kepemimpinannya menjadi efektif, efisien dan produktif. Namun, tidak jarang yaang terjadi bahwa proses kepemimpinannya menjadi stag karena berbagai faktor. Antara lain, kurang pengalaman, kurang pendidikan, kurang latihan dan lain sebagainya.
Kendati demikian, faktor-faktor di atas bisa di atasi oleh seorang pemimpin yang ingin menjadi pemimpin yang efektif. Bagaimana caranya? 
1.  Memimpin dengan contoh
Memimpin dengan contoh akhir-akhir ini semakin rame dididiskusi oleh semua kalangan elite maupun akar rumput. Tentu hal itu memiliki alasan mendasar karena faktanya banyak pemimpin yang tidak menjadi contoh yang baik dalam memimpin. Banyak pemimpin yang perilakunya korup dan hanya mementingkan diri dan kelompoknya saja.
Itu sebabnya, memimpin dengan contoh menjadi kebutuhan mendasar di negeri ini. Mencari figur yang memiliki keteladanan kepemimpinan yang bersih, jujur, transparan dan tidak korup bagaikan mencari mutiara di mulut singa. 
Pencarian terhadap pemimpin semacam itu sudah lama dilakukan. Dan baru-baru ini publik dibuat terperangah ketika Joko Widodo dan Basuki Cahaya Purnama terpilih menjadi orang nomor satu untuk memimpin ibu kota Jakarta. Mereka dipilih oleh rakyat karena rekam jejak mereka sudah terbukti. Mereka memimpin dengan contoh. Itu sebabnya kepemimpinan mereka sangat efektif dan didukung oleh rakyat.
2.  Memimpin dengan integritas
Di dalam sebuah survey di Amerika yang ditujukan kepada kurang lebih 1300 para pimpinan perusahaan dan pejabat di pemerintahan, mereka ditanya kualitas apakah yang paling penting dimiliki untuk dapat sukses menjadi pemimpin.  Jawabannya menarik karena secara mayoritas (71%) mereka memilih jawaban sebagai yang terpenting: integritas.
Arti kata integritas adalah keadaan yang sempurna, di mana perkataan dan perbuatan menyatu dalam diri seseorang. Seseorang yang memiliki integritas tidak meniru orang lain, tidak berpura-pura, tidak ada yang disembunyikan, dan tidak ada yang perlu ditakuti. Kehidupan seorang pemimpin adalah seperti surat Kristus yang terbuka (II Kor 3:2).
Beberapa ciri dari intergritas seorang pemimpin Kristen: pertama, hidup sesuai dengan apa yang diajarkan; kedua, melakukan sesuai dengan apa yang dikatakan; ketiga, jujur dengan orang lain; keempat, memberikan yang terbaik bagi kepentingan orang lain atau organisasi daripada diri sendiri; kelima, akan hidup secara transparan.
Integritas sebagai karakter bukan dilahirkan, tetapi dikembangkan secara satu lepas satu di dalam kehidupan kita melalui kehidupan yang mau belajar, keberanian untuk dibentuk Roh Kudus. Itu sebabnya seorang pemimpin terkenal berani berkesimpulan, bahwa karakter yang baik akan jauh lebih berharga dan dipuji manusia dibandingkan dengan bakat atau karunia yang terhebat sekalipun.  Kegagalan sebagai pemimpin bukan terletak kepada strategi dan kemampuannya dalam memimpin, tetapi kepada tidak adanya integritas pada diri pemimpin.
Pepatah Melayu berkata, “Semakin tinggi monyet naik ke atas pohon, semakin kelihatan pantatnya yang jelek.”  Memang kepemimpinan selalu menjadi sorotan dan ketika seseorang menjadi pemimpin, mulai kelihatan kelemahannya.  Tetapi mengembangkan integritas akan menolong kita menghadapi hal ini.
3.  Memimpin dengan jiwa dan roh
Yang dimaksud dengan memimpin dengan jiwa dan roh adalah pelayanan kita nantinya bukan hanya soal pekerjaan laksana seorang upahan.  
Kisah tentang Yesus yang membasuh kaki murid-muridNya dalam Yohanes 13 seharusnya menjadi teladan kita.  Karena di sana seorang pemimpin adalah berjiwa hamba. Yang dimaksud pemimpin yang memiliki hati hamba adalah pemimpin yang dimotivasi oleh kasih untuk melayani, kasih yang berinisiatif melayani di mana murid-muridNya saling menunggu, dan yang memberikan teladan.
Albert Schweitzer (misionari, musisi, dan humanis agama) pernah berkata tentang arti pelayanan, “Saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan Anda, tetapi saya hanya tahu satu hal: di antara kalian yang akan memiliki kebahagiaan adalah mereka yang sungguh mencari dan mendapatkan prinsip bagaimana melayani.


2.      Self leadership & Superleadership
Faktor – faktor  yang mempengaruhi kepemimpinan Self  Leadership: 
·         Mind
·         Disturb
·         Happy
·         Fear
Kita hidup gak perlu mencari happy dan kesuksesan karena kedua – duanya itu sudah ada di dalam diri kita.

Sebagai contoh :

Happy  dan kesuksesan itu ga perlu di cari karena dengan kita bertemu dengan teman – teman kita dan dapat bersyukur apa yang kita dapat walupun itu kecil , itu sudah merupakan kebahagian dan kesuksesan kita.
Sukses itu EASY cukup dengan menghargai apa yang kita capai dan ada di sekitar kita.


3.      Peran sebagai agent of change and development:

ADALAH bagaimana kita dapat membuat suatu perubahan positif dalam kehidupan kita serta dapat menbangun kemampuan dan pemnabgunan yang positif dalam mendorong suatu perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik, dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional.karena itu peran kita sangat diperlukan terutama adalah kaum muda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar